PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah merupakan kebudayaan yang tertua dalam pertanian dan tetap diperlukan dalam pertanian modern. Pengolahan tanah bagaimana yang tepat untuk kelestarian sumberdaya tanah? Arsjad 2000, mendefinisikan pengolahan tanah sebagai setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat pesemaian, tempat bertanam, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman, dan memberantas gulma. Soepardi 1979, mengatakan mengolah tanah adalah untuk menciptakan sifat olah yang baik, dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Cara pengolahan tanah sangat mempengaruhi struktur tanah alami yang baik yang terbentuk karena penetrasi akar atau fauna tauna, apabila pengolahan tanah terlalu intensif maka struktur tanah akan rusak. Kebiasaan petani yang mengolah tanah secara berlebihan dimana tanah diolah sampai bersih permukaannya merupakan salah satu contoh pengolahan yang keliru karena kondisi seperti ini mengakibatkan surface sealing yaitu butir tanah terdispersi oleh butir hujan , menyumbat pori-pori tanah sehingga terbentuk surface crusting. Untuk mengatasi pengaruh buruk peng-olahan tanah, maka dianjurkan beberapa cara pengolahan tanah konservasi yang dapat memperkecil terjadinya erosi. Cara yang dimaksud adalah :
1. Tanpa olah tanah (TOT), tanah yang akan ditanami tidak diolah dan sisa-sisa tanaman sebelum-
nya dibiarkan tersebar di permukaan, yang akan melindungi tanah dari ancaman erosi selama
masa yang sangat rawan yaitu pada saat pertumbuhan awal tanaman. Penanaman dilakukan
dengan tugal. Gulma diberantas dengan menggunakan herbisida
2. Pengolahan tanah minimal, tidak semua permukaan tanah diolah, hanya barisan tanaman saja
yang diolah dan sebagian sisa-sisa tanaman dibiarkan pada permukaan tanah
3. Pengolahan tanah menurut kontur, pengolahan tanah dilakukan memotong lereng sehingga ter-
bentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur yang menurut kontur atau melintang lereng. Peng-
olahan tanah menurut kontur akan lebih efektif jika diikuti dengan penanaman menurut kontur
juga yang memungkinkan penyerapan air dan menghindarkan pengangkutan tanah.
Sebagian dari praktek pengolahan tanah seperti ini sebenarnya sudah ada sejak dulu dan telah dilakukan oleh petani di beberapa daerah di Indonesia. Petani mungkin menganggapnya sebagai tradisi nenek moyangnya yang perlu dipertahankan. Walaupun saat itu belum ada penyuluh pertanian ataupun literatur tentang konservasi tanah, tetapi para petani telah menerapkan cara bertani yang berasaskan konservasi tanah. Mengolah tanah secara konservasi telah dilakukan oleh orang jaman dulu dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dari usahataninya guna memenuhi kebutuhan hidup jangka pendek, dan mungkin belum terpikirkan oleh mereka untuk melestarikan sumber daya tanah
Pengelolaan Tanaman Untuk Konservasi Tanah
Vegetasi sampai sekarang masih dianggap sebagai cara konservasi tanah yang paling jitu dalam mengontrol erosi tanah seperti yang diyakini sejumlah ahli konservasi bahwa “a bag of fertilizer is more effective than a bag of cement” (Hudson, 1989). Erosi yang terjadi akan berbeda pada setiap penggunaan tanah, variasi ini tergantung pada pengelolaan tanaman. Contoh sederhana seperti yang dikemukakan Hudson (1957) cit. Hudson (1980), kehilangan tanah dari 2 plot percobaan yang ditanami jagung, plot yang pengelolaannya tanamannya buruk kehilangan tanahnya 15 kali lebih besar dari plot yang pengelolaan tanahnya baik. Secara alamiah, tanaman rumput cenderung melindungi tanah, dan tanaman dalam barisan memberikan perlindungan lebih kecil, tetapi pendapat umum ini berobah oleh pengelolaan. Pengelolaan tanaman akan sangat menentukan besar kecilnya erosi. Penelitian menunjukkan bahwa pertanaman jagung yang dikelola dengan baik akan bertumbuh baik dan dapat menekan laju erosi dibanding padang rumput yang pengelolaannya buruk. Secara singkat dikatakan oleh Hudson bahwa erosi tidak tergantung pada tanaman apa yang tumbuh, tetapi bagaimana tanaman itu tumbuh.
Pengaruh tanaman dan pengelolaannya terhadap erosi tidak dapat dievaluasi secara terpisah karena pengaruhnya lebih ditentukan apabila keduanya dikombinasikan. Tanaman yang sama dapat ditanam secara terus menerus atau dapat juga digilir atau tumpang sari dengan tanam-an lain. Pergiliran tanaman dengan menggilirkan antara tanaman pangan dan tanaman penutup tanah/pupuk hijau adalah salah satu cara penting dalam konservasi tanah. Pergiliran tanaman mempengaruhi lamanya pergantian penutupan tanah oleh tajuk tanaman. Selain berfungsi sebagai
pencegahan erosi, pergiliran tanaman memberikan keuntungan-keuntungan lain seperti :
1. Pemberantasan hama penyakit, menekan populasi hama dan penyakit karena memutuskan si klus hidup hama dan penyakit atau mengurangi sumber makanan dan tempat hidupnya
2. Pemberantasan gulma, penanaman satu jenis tanaman tertentu terus menerus akan meningkatkan pertumbuhan jenis-jenis gulma tertentu
3. Mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik dan kesuburan tanah, jika sisa tanaman pergiliran dijadikan mulsa atau dibenamkan dalam tanah akan mempertinggi kemampuan tanah menahan dan menyerap air, mempertinggi stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi tanah dan tanaman tersebut adalah tanaman leguminosa akan menambah kandungan nitrogen tanah, dan akan memelihara keseimbangan unsur hara karena absorpsi unsur dari kedalaman yang berbeda
Ciri alam penting di daerah tropis seperti Indonesia adalah adanya intensitas penyinaran matahari dan curah hujan yang tinggi dan hampir merata sepanjang tahun. Faktor geologi dan tanah dibentuk oleh kondisi tersebut dan menghasilkan suatu proses yang cepat dari pembentukan tanah baik dari pelapukan serasah maupun bahan induk. Sebagai hasil dari proses tersebut, sebagian besar hara tanah tersimpan dalam biomassa vegetasi, dan hanya sedikit yang tersimpan dalam lapisan olah tanah. Hal yang berbeda dengan kondisi di daerah iklim sedang dimana proses pertumbuhan vegetasi lambat dan sebagian besar hara tersimpan dlam lapisan olah tanah. Oleh karena itu pengangkutan vegetasi ataupun sisa panen tanaman keluar lahan pertanian akan membuat tanah mengalami proses pemiskinan.
Sisa-sisa panen tanaman dapat ditebar ke permukaan tanah, dicampurkan dekat permukaan tanah, atau dibajak dan dibenamkan dan dapat berfungi sebagai mulsa atau sebagai pupuk organik. Efektivitas pengelolaan sisa-sisa tanaman ini dalam mengontrol erosi akan tergantung pada ba- nyaknya sisa tanaman yang tersedia.
Pemanfaatan sisa-sisa panen sebagai sebagai pupuk juga telah dilakukan sebagian petani di beberapa daerah sejak jaman dulu. Sisa-sisa panen yang dibiarkan atau ditinggalkan di lahan pertanian mempunyai banyak fungsi dalam menunjang usaha tani, diantaranya adalah sebagai mulsa yang dapat menghindarkan pengrusakan permukaan tanah oleh energi hujan, mempertahankan kelembaban tanah mengurangi penguapan, sisa panen lambat laun akan terdekomposisi terjadi mineralisasi yaitu perubahan bentuk organik menjadi anorganik sehingga unsur hara yang dilepaskan akan menjadi tersedia untuk tanaman, disamping itu asam-asam organik yang dihasilkan dapat berfungsi sebagai bahan pembenah tanah atau soil conditioner. Praktek pertanian dengan berbagai jenis pupuk buatan pabrik semakin intensif digunakan sehingga mulai muncul kekuatiran kehabisan bahan baku pembuat pupuk, mulai mahal dan langkanya ketersediaan pupuk buatan, serta kekuatiran pencemaran tanah dan perairan oleh residu pupuk buatan, membuat sebagian orang kembali tertarik untuk melakukan praktek organic farming yang meminimalkan penggunaan bahan kimia dalam usahatani, dengan menggunakan bahan alami seperti pupuk hijau. Praktek yang dulu telah dilakukan petani walaupun tanpa disadarinya berfungsi untuk konservasi tanah, saat ini dilakukan lagi dengan kesadaran sebagai pelestarian sumber daya alam.
Saat ini pemanfaatan sisa-sisa panen, pupuk hijau, maupun limbah pengolahan produk pertanian (seperti limbah pabrik gula ) mulai diminati sebagai teknologi dalam usahatani yang ramah lingkungan dan merupakan appropriate input for sustainable agriculture (AISA) yaitu suatu sistem pertanian berkelanjutan dengan input yang sesuai agar meningkatkan pendapatan petani dari usahataninya dan menjamin kelestarian sumberdaya alam. Dalam konsep ini lebih ditekankan pada memaksimalkan daur ulang dan meminimalkan kerusakan lingkungan. Dengan mengaplikasikan sisa-sisa panen ataupun bahan organik lainnya ke lahan pertanian maka akan memecahkan 2 masalah yaitu pengadaan pupuk organik dan masalah tempat pembuangan (berhubungan dengan pencemaran lingkungan).
Dari bahasan diatas dapat dikatakan bahwa usaha untuk melestarikan sumberdaya alam sebenarnya telah ada sejak dulu walaupun yang melakukannya tidak menyadarinya. Yang perlu dilakukan sekarang oleh adalah memberikan pemahaman bagi masyarakat petani akan manfaat usahatani konservasi.
PEMUPUKAN
*
Pemupukan bertujuan untuk menggantikan hara yang hilang terbawa panen, volatilisasi, pencucian, fiksasi, dan sebagainya.
*
Untuk lahan sawah, pemupukan N dapat dilakukan pada kisaran 100-150 kg N/ha atau 200-300 kg urea/ha, bergantung pada N tanah, potensi hasil dan penggunaan bahan organik serta pupuk hayati (biofertilizer). Rekomendasi pupuk P dan K disajikan pada Tabel 1 dan 2.
Tebel 1. Rekomendasi pupuk P
Status P
(mg P2O5/100 g)
Rekomendasi SP-36
(kg/ha)
Rendah < 20
100
Sedang 20-40
75
Tinggi > 40
50
Tabel 2. Rekomendasi pupuk K
Status K
(mg K2O/100 g)
Rekomendasi KCl
(kg/ha)
Tanpa jerami
Dengan jerami
Rendah < 10
100
50
Sedang 10-20
75
0
Tinggi > 20
50
0
*
Untuk lahan kering masam, P-alam reaktif dengan takaran 1 t/ha diberikan sekali dalam 6 musim tanaman pangan semusim.
*
Pupuk hayati adalah bahan dari mikroba yang diformulasikan sebagai pupuk dan dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Contoh pupuk hayati adalah rhizobium, mikroba pelarut fosfat, azospirillum, dan cendawan mikoriza.
*
Beberapa produk pupuk hayati antara lain adalah BioPhos dan BioDek. BioPhos adalah pupuk hayati yang bermanfaat untuk meningkatkan kelarutan fosfat dan efisiensi pemupukan P sampai 50-60% dari takaran anjuran. BioDek merupakan kumpulan mikroba perombak bahan organik yang mampu mengubah lingkungan mikro tanah dan komunitas mikroba serta meningkatkan kualitas tanah dan produksi tanaman.
PENANAMAN
Cara menanam tanaman berbeda-beda, tergantung dari jenis tanamannya. Masing masing tanaman memiliki kondisi fisik yang lain satu dengan lainnya oleh karena itu hendaknya anda yang ingin menanam memperhatikan benar benar cara menanam tanaman tersebut. Disini tidak akan membicarakan cara menanam tanaman industry karena tanaman tersebut lebih spesifik dan lebih kompleks perawatannya.
Para petani harus memperhatikan musim, kondisi tanah, curah hujan, dan lain lain.Untuk tanaman hias, menanam tanaman dapat diletakkan pada 2 tempat yang berbeda, pot atau di tanah. Untuk beberapa tanaman seperti anggrek, dapat diletakkan di sebuah pohon yang akan menjadi media tanaman tersebut untuk menempel dan hidup namun tidak parasit.
Yang perlu diperhatikan bila anda ingin menanam tanaman adalah menyesuaikan kondisi alam tanaman asal dengan daerah dimana anda akan menanam tanaman tersebut. Tanaman dari daerah dingin akan susah beradaptasi dengan lingkungan daerah panas. Anda yang membeli tanaman di daerah dingin dan akan menanamnya di daerah panas pertama tama harus menyesuaikan tanaman yang akan anda tanam.
Janganlah terlebih dulu mengeluarkan tanaman anda dari potnya dan menanamnya langsung di tanah karena tanaman tersebut akan mati karena kekeringan. Berikan air yang banyak namun regular kepada tanaman anda dan pada hari ketiga tanam di mana anda menginginkannya. Perhatikan pula apakah tanaman tersebut sensitif dengan sinar matahari atau tidak. Jangan lupa untuk memperhatikan tanaman anda dengan rutin menyiram di sore hari, di kala matahari tidak terlalu terik serta memberi pupuk dan menghilangkan tanaman yang mengganggu.
Penanaman secara alami adalah penanaman tanaman dengan media tanah yang memiliki kandungan zat yang dibutuhkan tanaman. Namun sekarang ditemukan cara untuk menanam tanaman di media bukan tanah. Bagi beberapa negara yang padat penduduk dimana harga tanah sangat mahal, penanaman tanaman dengan media bukan tanah merupakah solusi penting.
Di Jepang, tanaman ditanam di media air dan ini merupakan solusi penting pada pertanian negara tersebut dimana menanam tanaman di tanah dalam jumlah banyak dan luas adalah suatu hal yang tak mungkin mengingat harga tanah di Jepang sangat mahal. Di Indonesia, penanaman tanaman di media bukan tanah masih belum terlalu popular karena Indonesia adalah negara subur dengan tanah berlimpah ruah. Namun untuk tanaman hias, penanaman dengan media gel mulai popular. Hal ini dikarenakan selain tidak kotor, media gel juga praktis dan bebas dari gangguan-gangguan yang biasanya muncul seperti tumbuhan pengganggu juga serangga dan rayap.
Penanam hanya perlu menambahkan air untuk merawat tanaman mereka. Namun gel ini masih mahal dan harganya masih belum menjangkau masyarakat luas. Selain itu kelemahan gel tersebut adalah belum bisa menjadi media tanam untuk tanaman yang lebih besar, karena tanaman yang lebih besar membutuhkan banyak gel yang berarti harus mengeluarkan lebih banyak uang.
Perawatan tanaman
Banyak hal yang harus diperhatikan untuk merawat tanaman. Merawat tanaman tak hanya cukup memberi air dan pupuk supaya tanaman tumbuh subur dan sehat, tetapi juga memperhatikan jenis tanaman, kondisi tanah, iklim dan penyakit yang kemungkinan dapat menyerang.
Sangatlah penting untuk menghindarkan tanaman dari tanaman atau serangga yang mengganggu. Bila menemukan gulma atau tanaman pengganggu, maka harus dilakukan penyiangan atau pembunuhan tanaman yang mengganggu tersebut. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman seperti rumput atau semak semak dapat dihilangkan dengan pembubunan tanah di sekitar tanaman. Penyiangan ini hendaknya dilakukan rutin selama 2 atau 3 kali seminggu atau disesuaikan dengan kondisi.
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah pemupukan. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk alami atau pupuk buatan yang dapat diberikan pada daun, tanah atau bagian yang lain. Sama seperti penyiangan, pemupukan juga diberikan dengan rutin, namun jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sering karena dapat mengganggu keseimbangan komposisi tanah.
Yang paling penting adalah memperhatikan penyiraman kepada tanaman tersbeut. Perlu diingat bahwa penyiraman disesuaikan dengan kebutuhan suatu tanaman dan juga curah hujan pada daerah tempat tanaman tumbuh. Jaga supaya tanaman tidak layu dan kekurangan air karena hasilnya akan sangat fatal.
Waspadalah terhadap timbulnya hama dan penyakit pada tanaman. Cari tahu informasi tentang hama atau penyakit tertentu yang sering menyerang sebelum menanam suatu jenis tanaman untuk mempermudah menanggulangi bila tanaman tersebut terserang penyakit.
Terakhir, seringlah memangkas tanaman terutama untuk tanaman perdu dan pohon. Selain untuk membentuk pohon, pemangkasan tanaman juga dapat mempercepat pembuahan, meremajakan tanaman dan lain sebagainya. Untuk pohon, pembentukan tanaman dimaksudkan supaya pohon tersebut dapat memproduksi bunga lebih banyak. Pengurangan daun adalah supaya pohon dapat lebih menghasilkan asimilasi yang bersih sehingga buah cepat dapat cepat berproses. Jangan lupa untuk memotong ranting, daun dan bagian tanaman lain yang terkena penyakit supaya tidak menular ke bagian atau tanaman lainnya.
Pada dasarnya merawat tanaman tidaklah sulit. Bila dilakukan secara rutin, merawat tanaman dapat menjadi hobi yang menyenangkan. Beberapa orang menyatakan bahwa merawat tanaman dapat menghilangkan stress.
DEFOLIASI (PEMOTONGAN)
Defoliasi ialah pemotongan atau pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah, baik oleh manusia maupun oleh renggutan hewan itu sendiri di waktu ternak itu digembalakan.
Sehubungan dengan defoliasi berikut ini akan dikemukakan mengenai saat defoliasi, frekuensi defoliasi dan tinggi rendahnya batang tanaman yang ditinggalkan, dan potong paksa.
Untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang optimal yang sehat dan kandungan gizi yang baik, defoliasi diharuskan dilakukan pada periode tertentu yakni pada akhir vegetatif atau menjelang berbunga. Di dalam praktek, biasanya defoliasi dilakukan 40 hari sekali pada musim penghujan dan 60 hari sekali di musim kemarau. Kesemuanya hanya bias dilakukan apabila pemeliharaan itu baik.
Perlu dijelaskan di sini bahwa salah satu factor yang mempengaruhi pertumbuhan kembali ialah adanya persediaan bahan makanan (food reserve) berupa karbohidrat di dalam akar dan tunggal yang ditanggalkan setelah defoliasi. Karbohidrat ini dihasilkan oleh proses asimilasi. Segera setalah defoliasikarbohidrat ini dirombak oleh enzim tertentu menjadi energi untuk pertumbuhan kembali.
Periode Pertumbuhan
Pertumbuhan tanaman hijauan bias dibedakan menjadi 3 periode, yaitu :
a.Periode perkecambahan atau awal pertumbuhan
Yaitu periode di mana tanaman mulai tumbuh. Jika defoliasi dilakukan pada periode ini, maka hijauan tersebut nilai gizinya relative tinggi dan serat kasarnya pun masih rendah. Untuk mempertahankan agar supay hijauan tetap dalam keadaan muda, makam tanaman harus sering dipotong. Tetapi defoliasi yang dilakukan pada periode ini kurang menguntungkan, karena akan memperlemah pertumbuhan kembali, dengan demikian tanaman tak ada kesempatan tumbuh kemali dengan baik, sehingga tanaman liar akan tumbuh subur.
b.Periode vegetatif
Periode vegetatif yaitu periode sesudah awal pertumbuhan sampai menjelang berbunga. Jika defoliasi terhadap tanaman dilakukan pada periode ini sungguh sangat tepat atau merupakan saat pemotongan yang optimal, sebab :
- kandungan nilai gizi tananam masih cukup tinggi, belum banyak yang hilang menjadi buah (biji)
- kandungan serat kasarnya belum begitu tinggi.
- Kesempatan untuk tumbuh kembali masih baik.
- Rasanya masih enak (palatable)
c.Periode berbuah
Yakni periode di mana tanaman sudah mulai membentuk biji. Pada periode ini kandungan serat kasar tanaman sangat tinggi. Hal ini kiranya bias dimaklumi karena semakin tua tanaman akan semakin banyak serabut yang digenangi oleh lignin yang mengeraskannya, sehingga kebanyakan dari sel-sel tanaman itu diselubungi oleh zat yang tak dapat dicerna dan itulah sebabnya nilai gizi makanan akan menurun pula. Denagn sebagian besar zat-zat makanan yang berguna bagi keperluan hewan sudah hilang untuk pembentukan biji.
Maka suatu hal yang kurang tepat apabila defoliasi itu dilakukan pada periode ini.
Utk lebih jelasnya perhatikan diagram pertumbuhan berikut :
2. Frekuensi defoliasi
Frekuensi defoliasi (berulang kalinya pemotongan terhadap tanaman hijauan) perlu dipikirkan oleh setiap peternak yang bersangkutan. Sebab sehabis defoliasi, pertumbuhan kembali tanaman memerlukan zat-zat yang kaya energi seperti gula dan pati, yang erat hubungannya dengan zat-zat N, P dan K. Pada interval pemotongan yang panjang keadan tidak mengkawatirkan tetapi pada interval pemotongan pendek atau intensitas pemotongan yang tinggi maka karbohidrat dalam akar akan menurun sehingga dapat mengganngu pertumbuhan kembali, sebab pembentukan karbohidrat merupakan proses asimilasi. Hal ini disebabkan tanaman tidak ada kesempatan untuk berasimilasi. Pada karbohidrat ini setelah defoliasi segera dirombak oleh enzyme tertentu menjadi energi. Dan zat tersebut kemudian dipergunakan untuk pertumbuhan. Itulah sebabnya maka jarak antara pemotongan (frekuensi defoliasi) yang pertama dan kedua perlu diatur baik-baik. Secara umum bias diatur bahwa defoliasi di musim penghujan 40 hari sekali dan 60 hari sekali di musim kemarau.
3. Tinggi rendahnya batang yang ditinggalkan
Pada saat tanaman rumput itu dipotong, bagian tanaman yang ditinggalkan tidak boleh terlalu pendek atau terlalu tinggi. Sebab semakin pendek bagian tanaman yang ditinggalkan, pertumbuhan kembali tanaman tersebut akan makinlambat, karena persediaan energi (karbohidrat) dan pati yang ditinggalkan pada tunggul pun semakin sedikit. Sehingga kesempatan berasimilasinya tanaman pun menjadi semakin berkurang. Demikian pula sebaliknya jika pada saat defoliasi itu bagian tanaman yang ditinggalkan terlalu tinggi pun tidak benar. Sebab hal ini akan memberikan kesempatan terhadap pertumbuhan tunas batang saja, tetapi pertumbuhan anakan tak bias berkembang.
Itulah sebabnya maka dianjurkan kepada para peternak agar benar-benar memperhatikan hal ini. Sebagai pedoman untuk rumput gajah, benggala ± 10 cm dari atas tanah, rumput setaria ± 5 cm.
4. Potong paksa
Untuk tanaman rumput yang pertama kali ditanam, maka setelah berumur 60 hari perlu dilakukan potong paksa, baik tanaman itu masih rendah maupun sudah tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk :
- Menstimulir pertumbuhan dan untuk memperbanyak anakan.
- Menyeragamkan pertumbuhan berikutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar