Total Tayangan Halaman

tissa zone

.

ღ٩(●̮̮̃•̃)۶ღ

Jumat, 24 Desember 2010

LAPORAN FISIOLOGI TERNAK

BAB I
PENDAHULUAN
Darah merupakan cairan tubuh yang beredar dalam sistem pembuluh darah dan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia maupun hewan. Darah pada dasarnya terdiri dari dua macam komponen utama yaitu sel-sel darah dan cairan darah atau plasma darah. Secara umum darah mempunyai fungsi sebagai alat pengatur suhu, sebagai alat perlindungan tubuh. Fungsi darah ada empat, yaitu fungsi transformatif, fungsi protektif dan darah merupakan bioindikator. Secara sederhana, status darah meliputi morfologi sel-sel darah, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, kadar hemoglobin. Hematokrit merupakan angka yang menunjukkan persentasi zat padat dalam darah terhadap cairan darah.
Tujuan praktikum fisiologi ternak adalah dapat mengetahui struktur bentuk sel darah dengan membuat preparat apus darah, dapat menghitung jumlah eritrosit dan jumlah leukosit sel darah, dapat mengetahui prinsip dan cara-cara pengukuran dan perhitungan kadar hemoglobin dalam darah, serta mengetahui nilai hematokrit pada suatu keadaan tertentu. Manfaat dan praktikum fisiologi ternak adalah dapat mengetahui fungsi tubuh atau bagian tubuh termasuk sel darah, serta proses yang terjadi dalam tubuh hewan secara holistic, dari aspek biokimiawi maupun biofisikawi.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Klasifikasi Darah
Darah adalah jaringan ikat cair yang terdapat didalam tubuh. Darah mengandung sel-sel serat ektraseluler yang potensial dan substansi dasar amorf ekstraseluler. Sel-sel darah dihasilkan dibagaian dalam tulang pada jaringan ikat khusus disebut sumsum tulang. Sel-sel yang berada didalam darah ialah eritrosit, leukosit dan trombosit. Darah mengandung sel fibrinogen potensial yang mejadi serat sebenarnya (fibrin) selama pembekuan. Bekuan darah adalah jaringan ikat semisolid yang cepat menghentikan peredaran dan bekerja sebagai sel-sel penting untuk penyembuhan luka. Substansi dasar amorf ekstraseluler darah adalah cairan dan protein dalam plasma darah (Pearce, 1989).
Komponen sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Bahan intraseluler darah adalah cairan yang disebut plasma yang didalamnya terdiri unsur-unsur padat, yaitu sel darah (Frandson, 1996). Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu per dua belas berat badan atau kira-kira sekitar 5 liter. Sekitar 55 persen berupa cairan sedangkan 45 persennya adalah berupa sel darah. Angka dinyatakan dalam nilai hematokrit atau nilai volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Sel darah merah atau yang sering disebut eritrosit berupa cairan kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang berhimpit dan bertolak belakang. Dalam setiap millimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Sel darah hanya dapat diamati dengan mikroskop, semakin besar perbesaran objek maka objek yang diamati akan semakin jelas bentuknya, semakin kecil perbesaran objek maka objek yang diamati menjadi tidak jelas bentuknya. Eritrosit akan nampak seperti dua bulan sabit berwarna merah pada intinya, leukosit berupa cairan berwarna putih kekuningan, sedangkan trombosit merupakan keping-keping darah yang bisa menghasilkan benang-benang fibrin (Thomson, 1980).

2.2. Fungsi dan Peran Darah
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang mempunyai fungsi penting dalam mengakut oksigen dari paru-paru ke berbagai jaringan tubuh. Sel darah mengandung antigen pada permukaan yang bertanggung jawab terhadap berbagai tipe darah dari macam-macam spesies. Bahan padat dari butir darah merah hampir seluruhnya terdiri dari hemoglobin, yaitu protein yang mengandung zat besi. Bentuk tingkatan rendah, protein butir-butir darah mengandung suatu unsur bukan zat besi sebagai pigmen pernapasan (Gibson,1996). Zat besi adalah bagian penting dari hemoglobin dan definisi besi menganduang jumlah hemoglobin yang dapat dibentuk dan juga setiap sel darah merah (Frandson, 1996). Komposisi darah penting karena darah merupakan zat antara membawa zat-zat makanan berbagai bagian tubuh dan kemudian untuk membuang sisa-sisa hasil metabolisme. Volume darah terutama berhubungan erat dengan jaringan aktif tubuh. Jadi semakin besar jumlah jaringan lemak, semakin rendah presentase darah bagi tubuh sebagai keseluruhan (Dellman dan Brown, 1999).

2.3. Sel Darah Putih (Leukosit)
Sel darah putih atau leukosit (bahasa Yunani Leuko = putih) sangat berbeda dari eritrosit, karena adannya nukleus dan memiliki kemampuan gerak yang independent. Leukosit digolongkan menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit. Granutosit terdiri atas neutrofil, eosinofil dan basofil, sedangkan agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit (Frandson, 1996). Jumlah sel darah putih lebih sedikit didandingkan dengan sel darah merah yang perbandinganya sekitar 1: 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis dari sel darah putih yang membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan anti bodi. Neutrofil juga disebut granulosit karena berisi enzim yang mengandung granul-granul, jumlahnya paling banyak (Thomson, 1980). Hitungan sel darah putih total, dibuat dengan cara yang sama seperti sel darah merah. Akan tetapi karena sel darah putih itu lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah, darah tidak perlu diencerkan terlalu banyak dan bujur sangkar perhitunganya lebih besar. Sel-sel darah putih diperhitungkan dalam ribuan permilimeter kubik darah. Standar leukosit normal pada ayam betina adalah sebesar 500.000 permilimeter kubik (Anward, 1981).




2.4. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel-sel darah merah atau eritrosit (Bahasa Yunani: Eritro = merah, sit = sel) adalah sel-sel yang diamaeter rata-ratanya sebesar 4,7 dengan spesialisasi untuk pengakut oksigen. Sel-sel ini merupakan cakram (disk) yang bikonkaf, dengan pinggiran sirkuler yang tebalnya 1,5 dan pusatnya yang tipis. Cakram bikonkaf mempunyai permukaan yang relatife luas untuk pertukaran oksigen melintas membran sel (Frandson, 1996). Sel darah merah merupakan sel yang banyak dibandingkan dengan dua sel lainya, dalam keadaan normal mencapai hampir setengah dari volume darah. Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya keseluruh jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel, dengan bahan limbah berupa karbon dioksida yang akan diangkut oleh sel-sel darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru. Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah aktifitas ternak, nutrisi dan ransum dan bangsa serta jenis kelaminnya. Eritrosit dewasa tidak memiliki inti (nukleus) apartus golgi, sentriol dan sebagian besar mitokondria hilang selama proses pemasakan berlangsung sebelum masuk kedalam aliran darah. Eritrosit tidak mampu melakukan sintesis protein dan enzim yang ada. Jangka hidup eritrosit berkisar antara 120 hari, setelah jangka hidupnya habis, akan rusak dan dikeluarkan dari peredaran darah (Anward, 1997). Eritrosit tua yang sudah berumur 120 hari hancur dalam limpa, susunan tulang dan hati. Jumlah eritrosit normal pada ayam betina berkisar 2.300.000 - 4.000.000 per millimeter kubik darah (Dellman dan Brown, 1999).

2.5. Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi dan memiliki afinitas terhadap oksigen O2. Hemoglobin terkandung dalam eritrosit. Hemoglobin ini terpecah menjadi dua yaitu hemo dan globin. Globin yaitu bagian dari hemoglobin yang sudah tidak mengandung Fe dan hemo yaitu bagian hemoglobin yang masih mengandung Fe (Frandson, 1996). Hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut gas baik oksigen (O2) maupun karbokdioksida (CO2). Selanjutnya melepaskan oksigen tersebut ke sel-sel jaringan yang terdapat di dalam tubuh. Proses pelepasan oksigen ini disebut oksigenasi yang membutuhkan besi dalam bentuk ferro di dalam molekul hemoglobin. Zat gizi tersebut menuju sumsum tulang menjadi bagian dari molekul heme guna membentuk eritrosit (Praseno, 2001). Hemoglobin dapat bergabung dengan oksigen yang terdapat dalam paru-paru karena mempunyai daya afinitas atau daya tarik yang tinggi, sehingga terbentuklah oksihemoglobin. Oksihemoglobin yaitu gabungan dari oksigen dan hemoglobin yang kemudian dilepaskan ke sel-sel jaringan tubuh (Gibson, 1996). Hemoglobin dapat berada dibawah standar atau di atas standar, faktor yang mempengaruhi adalah umur, jenis kelamin, nutrisi atau ransum, kondisi fisiologis dan aktivitas. Hemoglobin normal yang terdapat pada darah ayam betina berkisar antara 8.0 gr/ml – 13,0 gr/ml (Dellman dan Brown, 1999).


2.6. Hematokrit
Hematokrit merupakan angka yang menunjukkan presentasi zat padat dalam darah terhadap cairan darah. Bila terjadi pembesaran cairan darah keluar darah sementara bagian padatnya tetap dalam pembuluh darah, akan terjadi peningkatan hematokrit (Gibson, 1996). Nilai hematokrit atau packed cell volume adalah suatu istilah yang artinya suatu presentase (berdasarkan volume) dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah merah, pembetunkanya dilakukan dengan cara mengisi tabung hematokrit dengan darah yang sudah diberi zat agar tidak menggupal, kemudian dilakukan sentrifusi dengan tujuan memisahkan atau mengumpulkan sel darah merah, sel darah putih, serum, sampai sel-sel tersebut memisah dengan sempurna atau jelas telihat oleh mata. PVC yang terdapat pada ayam betina normal adalah 30% - 40%. Nilai hematokrit atau PVC dapat ditetapkan secara otomatik menggunakan hematologi analitation yaitu secara manual. Kadar hematokrit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu status gizi, jenis kelamin, suku , umur, aktivitas fisik, kualitas serta kuantitas pakan (Frandson, 1996).


BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Fisiologi ternak dengan materi pembuatan preparat apus darah ayam, pengukuran kadar hemoglobin dan penetapan nilai hematokrit dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Mei 2010 pukul 15.00-17.00 sedangkan perhitungan jumlah eritrosit dan perhitungan jumlah leukosit dilaksanakan pada hari Kamis, 3 Juni 2010 pukul 15.00-17.00 WIB yang bertempat di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.

3.1. Materi
3.1.1. Pembuatan Preparat Apus Darah
Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan apus darah adalah gelas objek untuk tempat mengambil larutan yang akan diteteskan kedalam darah. Pipet tetes untuk mengambil larutan yang akan diteteskan ke dalam darah. Mikroskop untuk melihat atau mengamati bagian sel dalam darah. Bahan yang digunakan adalah darah ayam petelur yang digunakan untuk sampel. Metanol yang digunakan untuk memfiksasi darah. Pewarna giemsa untuk melakukan pewarnaan pada preparat apus darah agar mudah terlihat. Alkohol 70 % untuk membersihkan kaca objek. Aquades untuk membilas gelas objek setelah fiksasi. Minyak imersi untuk melihat objek menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 kali.



3.1.2. Perhitungan Jumlah Leukosit
Alat yang digunakan dalam praktikum menghitung jumlah leukosit adalah pipet leukosit skala 11 dan selang penyedot untuk menghisap darah, bilik hitung Improve Neubeur sebagai tempat meletakkan darah yang akan diamati, mikroskop untuk mengamati darah dan hand counter sebagai alat untuk menghitung jumlah leukosit. Bahan yang digunakan adalah darah ayam petelur dan larutan Turk sebagai pengencer darah.

3.1.3. Perhitungan Jumlah Eritrosit
Alat yang digunakan dalam praktikum menghitung jumlah eritrosit adalah pipet eritrosit skala 101 dan selang penyedot untuk menghisap darah, bilik hitung Improve Neubeur sebagai tempat meletakkan darah yang akan diamati, mikroskop untuk mengamati darah dan hand counter sebagai alat untuk menghitung jumlah leukosit. Bahan yang digunakan adalah darah ayam petelur dan larutan Hayem sebagai pengencer darah.

3.1.4. Pengukuran Kadar Hemoglobin
Alat yang digunakan dalam praktikum mengukur kadar hemoglobin adalah Termometer Sahli yang terdiri dari pipet tetes untuk mengambil HCl 0,1 N. Pipet hemoglobin untuk mengambil darah ayam pada tabung reaksi. Pengaduk gelas untuk mengaduk larutan HCl dengan darah. Blok komparator untuk mengukur kadar hemoglobin. Tabung rekasi untuk menempatkan reaktan atau darah. Bahan yang digunakan adalah darah ayam petelur, larutan HCl 0,1 N untuk membentuk asam hematin dengan campuran darah serta aquades sebagai pengencer.

3.1.5. Penetapan Nilai Hematokrit
Alat yang digunakan dalam praktikum penetapan nilai hematokrit adalah tabung mikrokapiler untuk penempatan darah agar darah tidak mengalir. Sentrifuse untuk memusingkan tabung kapiler yang didalamnya terdapat darah dalam mikrokapiler. Tabung kapiler sebagai tempat tabung mikrokapiler ketika dimasukkan kedalama sentrifuse. Junetsky untuk menetapkan nilai hematokrit. Bahan yang digunakan adalah darah ayam petelur.

3.2. Metode
3.2.1. Pembuatan Preparat Apus Darah Ayam
Metode yang digunakan dalam pembuatan preparat apus darah ayam adalah membersihkan 2 gelas objek munggunkan alkohol 70 %. Mengambil darah ayam satu tetes, meletakkan darah ayam pada objek pertama. Mengambil gelas objek kedua, meletakkan di depan tetesan darah, meletakkan dengan tetesan darah kemudian mendorongnya dengan gelas objek kedua sampai darah merata memenuhi garis batas objek kedua. Memfiksasi darah menggunakan methanol, mengeringkan darah menggunakan tissue. Melakukan pewarnaan dengan pewarna giemsa selama 5 menit. Mengeringkan gelas objek yang sudah diwarnai dengan pewarna giemsa. Mengamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 kali. Memberi minyak emersi objek kemudian mengamati objek menggunakan perbesaran 100 kali. Menggambar eritrosit, leukosit dan trombosit yang terlihat pada mikroskop.

3.2.2. Perhitungan Jumlah Leukosit
Menghisap darah dengan pipet eritrosit sampai batas yang ditentukan (skala 0.5). Membersihkan ujung pipet dengan kertas filter. Menghisap larutan Turk dengan cepat sampai batas yang ditentukan (skala 11). Melepas pipet karet penghisap dan memegang ujung pipet antara ibu jari dan telunjuk atau jari tengah, kemudian mengocok dengan memutar-mutar pergelangan tangan membentuk angka 8 selama 3 menit. Membuang cairan yang tidak mengandung sel darah merah beberapa tetes dengan meniup perlahan-lahan. Meneteskan larutan sel darah merah tersebut kedalam kamar hitung improve neubauer kemudian ditutup dengan kaca penutup. Mengamati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 10 kali, setelah mendapat kotak hitungannya, memulai menghitung semua leukosit dari 4 kotak besar dengan menggunkan hand counter, menghitung perhitungannya dengan menggunakan rumus 4 X 10/4 X 20 X L dan mencatat hasilnya di buku praktikum.

3.2.3. Perhitungan Jumlah Eritrosit
Metode yang di gunakan dalam perhitungan jumlah eritrosit adalah menghisap darah dengan pipet eritrosit sampai batas yang ditentukan (skala 0,5). membersihkan ujung pipet dengan kertas filter, melakukan prosedur ini dengan cepat, teliti dan hati-hati. Menghisap larutan hayem dengan cepat sampai batas yang ditentukan (skala 101). Melepas pipet karet penghisap dan memegang ujung pipet menggunakan telunjuk atau jari tengah, mengocok dengan membentuk angka 8 selama 3 menit. Membuang cairan yang tidak mengandung sel darah merah beberapa tetes. Meneteskan larutan sel darah merah tersebut ke dalam kamar hitung improve neubauer kemudian ditutup dengan kaca penutup. Mengamati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 10 kali, setelah mendapat kotak hitungannya, memulai menghitung semua eritrosit dan 5 kotak dari 25 ruangan per kotak kecil dengan menggunakan hand counter, menghitung perhitungannya dengan menggunakan rumus 50 X 200 X E kemudian mencatat hasilnya di buku praktikum.

3.2.4. Pengukuran Kadar Hemoglobin
Metode yang digunakan dalam pengukuran kadar hemoglobin adalah dengan mengisikan HCl 0,1 N ke dalam tabung pengukur sampai angka 2. Menghiasap darah menggunakan pipet hemoglobin sampai batas yang ditentukan (Skala 20). Memindahkan ke tabung sahli dan mengaduk dengan menggunakan pengaduk selama 3 menit, memasukkan tabung ke dalam blok komparator, melakukan pengenceran dengan aquades sampai tabung memiliki warna yang sama dengan blok komparator. Menghitung kadar hemoglobin dengan membaca tinggi permukaan cairan dalam tabung penguku serta mencatat hasilnya di buku praktikum.




3.2.5. Penetapan Nilai Hematokrit
Metode yang digunakan dalam penetapan nilai hematokrit adalah mengisi tabung mikrokapiler dengan darah ayam. Menutup salah satu ujung tabung mikrokapiler dan selanjutnya memasukkan ke dalam sentrifuse selam 5 menit, dengan kecepatan 3000 rpm. Membaca nilai hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus yang disebut Junetsky kemudian mencatat hasilnya di buku praktikum.











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembuatan Preparat Apus Darah Ayam
Berdasarkan praktikum pembuatan preparat apus darah ayam didapat hasil sebagaia berikut :



Sumber : Data Primer Praktikum Sumber :www.google.gambar.preparat
Fisiologi Ternak, 2010. Apus darah.html.com
Ilustrasi 1. Preparat Apus Darah Perbesaran 40 x

Keterangan : 1. Eritrosit
2. Leukosit
3. Trombosit




Sumber : Data Primer Praktikum Sumber :www.google.gambar.preparat
Fisiologi Ternak, 2010. Apus darah.html.com
Ilustrasi 2. Preparat Apus Darah Perbesaran 100 x

Keterangan : 1. Erithrosit
2. Leukosit
3. Trombosit
Hasil praktikum pembuatan preparat apus darah ayam pada perbesaran 40 kali bagian-bagian darahnya tidak terlihat jelas namun pada perbesaran 100 kali bagian-bagian darahnya terlihat jelas yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996), bahwa komponen seluler darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Bahan interseluler darah adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Dalam percobaan juga dapat dilihat bentuk dari eritrosit yang berinti dan berwarna merah. Hal ini sesuai dengan pendapat Thomson (1980), bahwa sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, bentuknya cekung sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua bulan sabit yang berhimpit dan bertolak belakang dan juga berwarna merah pada intinya. Dari percobaan pembuatan preparat apus darah ayam dapat dilihat leukosit dan trombositnya. Leukosit berupa cairan berwarna putih kekuningan dan trombosit terlihat hanya berupa titik –titik kecil karena merupakan keping darah yang bisa menghasilakan benang-benang fibrin. Hal tersebut sesuai dengan pandapat Pearce (1989), yang menyatakan bahwa leukosit atau sel darah putih merupakan cairan yang berwarna putih kekuningan dan terdiri dari 5 bentuk yaitu basofil, limfosit, monosit, neutrofil dan eusinofil. Sedangkan trombosit terlihat seperti fragmen tanpa inti dan sitoplasma bergranula dengan diameter sekitar setengah dari diameter sel darah merah atau eritrosit dan dalam konsentrasi sebesar 150-400 x10-9 . Darah (terutama trombosit) mengandung serat fibrinogen potensial yang menjadi serat sebenarnya (fibrin) selama pembekuan. Pengamatan preparat apus darah ayam dilakukan dengan mikroskop dengan perbesaran 40 kali dan perbesaran 100 kali. Pengamatan preparat apus darah ayam dengan perbesaran 40 kali hanya tampak berupa titik-titik dan tidak ada perbedaan yang jelas antara bentuk eritrosit, leukosit dan trombosit. Sedangkankan pengamatan dengan perbesaran 100 kali dapat terlihat perbedaan bentuk antara eritrosit, leukosit dan trombosit. Eritrosit memiliki inti berwarna merah, leukosit berbentuk tidak menetap dengan warna putih kekuningan dan trombosit berupa keping darah. Hal ini sesuai dengan pendapat Dellman dan brown (1999) yang menyatakan bahwa sel darah hanya dapat diamati dengan mikroskop, semakin besar perbesaran objek maka semakin jelas yang diamati, eritrosit akan nampak seperti dua bulan sabit berwarna merah pada intinya, leukosit berupa cairan berwarna putih kekuningan, sedangkan trombosit merupakan keping-keping darah yang bisa menghasilkan benang-benang fibrin.

4.2. Perhitungan Jumlah Leukosit
Berdasarkan hasil praktikum perhitungan jumlah leukosit pada sel darah ayam didapatkan hasil sebagai berikut:
674 728

676 683

Sumber : Data Primer Praktikum Fisiologi Ternak, 2010
Ilustrasi III . Bilik leukosit dengan perbesaran 10 kali

Berdasarkan data gambar diatas, maka daapat dihitung jumlah leukosit seluruhnya pada darah ayam yang telah diamati adalah :
Jumlah leukosit = 4 x 10/4 x 20 x L
= 4 x 10/4 x 20 x ( 647 + 728 + 676 + 683)
= 546.800 buah leukosit
Hasil percobaan menghitung jumlah leukosit dapat diketahui jumlah leukosit sel darah ayam betina berjumlah 546.800 buah leukosit. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah leukosit pada ayam adalah normal. Jumlah normal leukosit pada ayam betina adalah 500.000 buah leukosit per millimeter kubik. Hal ini sesuai dengan pendapat Koen (2001) yang menyatakan bahwa sel darah putih normal pada ayam memiliki jumlah 500.000buah leukosit permilimeter kubik. Jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan jumlah eritrosit, hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa hitungan total seln darah putih dibuat dengan cara yang sama dengan sel darah merah, akan tetapi karena sel darah putih jumlahnya jauh lebih sekit dengan seln darah merah. Faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit adalah nutrisi ransom, umur, jenis kelami, ordo dan aktivitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Thomson (1980) bahwa aktifitas ternak mempengaruhi jumlah leukosit, nutrisi pakan, jenis kelamin serta ordo atau bangsa dari jenis ternak juga berpengaruh terhadap jumlah leukosit.

4.3 Perhitungan Jumlah Eritrosit
Berdasarkan praktikum perhitungan jumlah eritrosit pada sel darah ayam didapatkan hasil sebagai berikut :
32 34

27

37 38
Sumber : Data Prmer Praktikum Fisiologi Ternak, 2010
Ilustrasi IV . Bilik Eritrosit dengan perbesaran 10 kali
Berdasarkan data gambar diatas, maka daapat dihitung jumlah eritrosit seluruhnya pada darah ayam yang telah diamati adalah :
Jumlah leukosit = 50 x 200 x E
= 50 x 200 x 168
= 1.680.000 buah eritrosit

Dari percobaan menghitung jumlah eritrosit dapat diketahui jumlah eritrosit sel darah ayam berjumlah 1.680.000 buah eritrosit. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah eritrosit pada ayam tidak normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Dellman dan Brown (1999) yang menyatakan bahwa jumlah normal eritrosit pada ayam betina dapat berada dibawah standar atau diatas standar. Jumlah normal eritrosit pada ayam betina adalah berkisar 2.300.000 – 4.000.000 buah eritrosit per millimeter kubik. Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah aktifitas ternak, umur dan bangsa. Hal ini sesuai dengan pendapat Anward (1981) bahwa aktifitas ternak mempengaruhi jumlah eritrosit, ternak yang dibiarkan lepas, eritrositnya akan berada dalam keadaan normal karena proses pembentukan darahnya berlangsung normal, sedangkan ternak yang terus menerus didalam kandang, jumlah eritrositnya akan lebih rendah karena tidak optimal, sehingga jumlah eritrositnya pun mengalami penurunan. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah eritrositnya adalah status gizi dan jenis kelamin. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) yang menyatakan bahwa status gizi berpengaruh terhadap jumlah eritrosit pada ternak, karena secara tidak langsung bila gizi pakan yang diberikan tidak terjaga, maka eritrosit akan berada dalam keadaan menurun, jenis kelamin pun juga menentukan jumlah eritrosit dalam darah ayam, menurut penelitian yang telah dilakukan para ahli disimpulkan bahwa jumlah eritrosit pada ayam jantan lebih tinggi dari pada ayam betina.

4.4. Pengukuran Kadar Hemoglobin
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran kadar hemoglobin didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel .1. Hasil Pengukuran Kadar Hemoglobin
Pengukuran Kadar Hemoglobin (g/dl)
I
II 4,8 g/dl
9,6 g/dl
Rata-rata 7,2 g/dl
Sumber : Data Primer Praktikum Fisiologi Ternak, 2010

Hasil praktikum pengukuran kadar hemoglobin darah ayam diperoleh hasil rata-rata kadar hemoglobin darah ayam diatas sebesar 7,2 g/dl. Hal ini menunjukkan bahwa kadar hemoglobin darah ayam petelur berada dibawah standar kisaran normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Gibson (1996) bahwa hemoglobin dapat berada dibawah standar atau diatas standar, jumlah normal hemoglobin pada ayam betina normal sehat berkisar antara 8,0 –13,0 g/ml. Faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan kadar hemoglobin dalam praktikum berada di bawah standar kisaran jumlah normal hemoglobin pada darah ayam dapat berupa umur, jenis kelamin ternak, nutrisi atau ransum dan konsidi fisiologi serta aktivitas ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Dellman dan Brown (1999) bahwa kadar hemoglobin dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, bangsa atau ras, kondisi nutrisi atau ransum, kondisi fisiologis, aktivitas dan ketinggian tempat hidup dari permukaan air laut. Pengukuran kadar hemoglobin perlu dilakukan karena hemoglobin merupakan bagian sel darah pembentuk eritrosit dan penting bagi kelancaran sirkulasi dalam tubuh ternak. Koen (2001) menambahkan bahwa hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi dan memiliki afinitas terhadap oksigen (O2), hemoglobin berfungsi sebagai pengangkut gas baik oksigen (O2) maupun karbondioksida (CO2).

4.5. Penetepan Nilai Hematokrit
Berdasarkan hasil praktikum penetapan nilai hematokrit didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel.2. Hasil Penetapan Nilai Hematokrit
Pengukuran Kadar Hematokrit (%)
I
II 12 %
13 %
Rata-rata 12,5 %
Sumber : Data Primer Praktikum Fisiologi Ternak, 2010

Hasil praktikum penetapan nilai hematokrit darah ayam petelur sebesar 12,5%. Kadar hematokrit (PVC) darah ayam tersebut tidak normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) menyatakan bahwa nilai hematokrit atau packed cell volume darah adalah suatu istilah yang artinya suatu presentase (berdasarkan volume) dari darah, terdiri dari sel - sel darah merah. Kisaran hematokrit pada ayam betina normal sehat adalah 30% - 40%. Kadar hematokrit tersebut tidak normal karena dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya umur, jenis kelamin, kondisi nutrisi atau gizi serta pakan . Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1996) bahwa kadar hematokrit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu status gizi, jenis kelamin, suku atau bangsa, umur aktivitas fisik, kondisi nutrisi (kualitas dan kuantitas pakan). Penetapan nilai hematokrit ini dilakukan secara manual dengan menggunkan Junetsky (alat untuk menetapkan nilai hematokrit). Hal ini sesuai dengan pendapat Thomson (1980) bahwa nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara manual atau secara otomatik menggunakan hematology analyzer.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada praktikum pembuatan preparat apus darah ayam, perhitungan jumlah leukosit, perhitungan jumlah eritrosit, pengukuran kadar hemoglobin dan penetapan kadar hematokrit dapat disimpulkan bahwa darah terdiri atas butir-butir darah dan plasma darah. Pengamatan dengan perbesaran 100 kali hasilnya lebih jelas dibandingkan dengan perbesaran 40 kali dan bentuk eritrosit, leukosit serta trombositnya terlihat lebih jelas. Eritrosit berwarna merah pada intinya, leukosit berupa cairan putih kekuningan dan trombosit berupa keping-keping darah. Jumlah eritrosit pada darah ayam adalah tidak normal disebabkan kualitas pakan tidak baik, begitu juga dengan leukosit pada sel darah ayam adalah tidak normal disebabkan oleh infeksi. Kadar hemoglobin dan kadar hematokrit berada di bawah kisaran normal, disebabkan karena faktor lingkungan yang tidak mendukung.

5.2. Saran
Sebaiknya kondisi Laboratorium dibuat lebih nyaman dan menarik serta fasilitas juga lebih dilengkapi agar praktikum bisa berjalan lebih kondusif.

DAFTAR PUSTAKA
Anward, 1981. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta.
Dellman, H dan Brown. 1999. Avian Physiology. Terjemahan Hartono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Fradson, R.1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak, Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Gibson, J.1996. Mikrobiologi dan Patalogi Modern. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta .

Pearce, E.1989. Anatomi dan Fisiologi. Gramedia, Jakarta.

Praseno, K. 2001. Fisiologi Hewan, Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan, FMIPA UNDIP

Thomson, J.1980. Blood Coagutation and Haemostasis. Churchill Livingstone, Ediburgh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar